50 views 5 mins 0 comments

Menenun Ingat, Merajut Keberlanjutan: Documentary Photobook Berbasis Etnofotografi sebagai Arsip Visual dan Basis Keberlanjutan Komunitas di SDN 1 Ngargotirto

In Culture
Februari 11, 2025

Foto : Dokumentasi Pribadi

Penulis : Anastacia Annette Yudanti (Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro)
Reviewer : Jazimatul Husna, S.IP., M.IP (Dosen Pembimbing Lapangan)
Editor : Tim Redaksi Eppyco Media

Di balik hamparan hijau Ngargotirto yang dikelilingi bukit dan air Waduk Kedungombo, berdiri sebuah sekolah kecil yang menjadi pusat kehidupan pendidikan anak-anak desa. SDN 1 Ngargotirto, yang telah berdiri sejak era sebelum waduk dibangun, memikul peran penting sebagai ruang belajar dan tumbuh bagi generasi muda. Namun, ada satu hal yang nyaris terlupakan: dokumentasi formal yang mengabadikan dinamika sekolah, cerita siswa, dan aspirasi yang mereka miliki untuk masa depan.

Permasalahan ini mendorong saya untuk memulai program kerja monodisiplin berupa penyusunan documentary photobook bagi SDN 1 Ngargotirto sebagai bagian dari Tim I KKN Undip 2024/2025. Proyek ini bertujuan bukan hanya sekadar menghasilkan arsip visual, tetapi juga untuk menggali dan menyuarakan cerita komunitas kecil di dalamnya—baik para siswa, guru, maupun tenaga kependidikan—melalui pendekatan etnofotografi dan narasi visual.

Mengawali Langkah: Berkenalan dengan Kehangatan Komunitas Sekolah

17 Januari 2025 menjadi awal langkah saya memasuki kehidupan sekolah ini. Di ruang guru yang sederhana namun penuh kehangatan, saya berbincang dengan kepala sekolah dan guru-guru yang menyambut dengan ramah. Dalam percakapan pertama ini, saya diperkenalkan pada dinamika sehari-hari sekolah dan potret murid-muridnya yang antusias namun tetap polos.

Interaksi dengan siswa menjadi fokus utama di kunjungan awal. Saya membawa kamera sebagai medium komunikasi, mencoba membangun kedekatan dengan cara yang santai. Responsnya luar biasa: anak-anak langsung tertarik, bahkan beberapa sudah menyapa saya dengan panggilan “Kak Anet” sejak hari pertama. Kehangatan mereka bukan hanya terasa dalam sapa, tetapi juga terekam dalam potret-potret spontan yang memperlihatkan canda, tawa, dan semangat mereka di tengah keseharian sekolah.

Pada kunjungan berikutnya, 24 Januari 2025, saya mendalami lebih jauh kehidupan siswa, terutama mereka yang duduk di kelas atas (kelas 3 hingga 6). Saya berupaya merangkul setiap siswa dengan cara berbeda—mendampingi mereka dalam mengerjakan tugas sekolah, berbincang ringan di halaman, hingga mengabadikan momen-momen kecil yang sering kali luput dari perhatian.

Dari percakapan informal hingga wawancara singkat, saya mulai memahami mimpi-mimpi sederhana yang mereka miliki: ingin menjadi guru, dokter, hingga petani yang sukses. Aspirasi ini akan menjadi bagian dari documentary photobook, dirangkai bersama foto-foto mereka dalam suasana kelas atau tengah bermain di halaman sekolah.


Potret Formal: Menyatukan Komunitas Sekolah dalam Arsip Visual

Agenda penting dalam program ini adalah sesi foto formal yang saya laksanakan pada 8 Februari 2025. Seluruh siswa, guru, dan tenaga kependidikan berkumpul untuk potret kelas yang proper. Dengan latar belakang bangunan sekolah yang sederhana namun bersih, mereka berpose dengan senyum semangat yang merepresentasikan harapan komunitas ini.

Selain sesi formal, saya tetap memotret momen-momen spontan di sela kegiatan: tawa siswa saat bercanda dengan teman, guru yang dengan sabar membimbing muridnya di papan tulis, hingga suasana ruang guru yang penuh cerita ringan. Kombinasi potret formal dan candid ini diharapkan mampu memberikan gambaran utuh tentang dinamika di SDN 1 Ngargotirto.


Proses Kreatif: Merangkai Cerita dalam Documentary Photobook

Selepas kunjungan lapangan, proses kreatif pun dimulai. Pada 9-10 Februari 2025, saya menghabiskan waktu untuk mengolah ratusan foto yang telah diambil. Setiap potret dipilih secara cermat untuk memastikan semua aspek komunitas sekolah terwakili: siswa dari berbagai kelas, guru, suasana lingkungan, hingga interaksi sehari-hari.

Tahap ini juga mencakup penulisan narasi untuk setiap foto, menyusun alur cerita yang mengalir dari awal hingga akhir. Narasi ini tidak hanya menggambarkan aktivitas harian, tetapi juga menyuarakan aspirasi, mimpi, dan semangat komunitas sekolah sebagai bagian dari identitas mereka.


Menyatukan Masa Lalu dan Masa Depan melalui Dokumentasi

Pada 11 Februari 2025, documentary photobook ini diserahkan kepada pihak sekolah, baik dalam bentuk cetak maupun digital. Buku ini dirancang untuk menjadi lebih dari sekadar arsip visual; ia adalah cermin yang merekam momen-momen berharga sekaligus menjadi panduan untuk menyusun masa depan.

Respon dari para guru sangat positif. Mereka terkesan dengan cara buku ini berhasil menangkap esensi komunitas sekolah: kebersamaan, perjuangan, dan harapan yang terus hidup meski di tengah keterbatasan. Kepala sekolah bahkan menyebut bahwa buku ini akan menjadi aset penting bagi sekolah, tidak hanya sebagai kenangan tetapi juga sebagai sarana promosi dan dokumentasi formal.


Arsip sebagai Bentuk Penghormatan dan Harapan

SDN 1 Ngargotirto, dengan segala kesederhanaannya, telah menunjukkan betapa pentingnya harmoni antara pendidikan, komunitas, dan semangat gotong royong. Proyek ini menjadi upaya kecil saya untuk mendukung keberlanjutan komunitas tersebut, memastikan bahwa setiap momen berharga yang terjadi di sekolah ini tidak berlalu begitu saja. Melalui documentary photobook ini, saya berharap generasi berikutnya dapat melihat dan belajar dari cerita-cerita yang kini telah diabadikan.