105 views 3 mins 0 comments

Edukasi Budidaya Microgreens sebagai Upaya Peningkatan Gizi Keluarga dalam Pencegahan Stunting di Kelurahan Tlogosari Wetan

In Uncategorized
Juli 15, 2025


Foto : Dokumentasi Pribadi

Penulis : Pascalis Sylvano Manullang (Agroekoteknologi, Universitas Diponegoro)
Editor : Tim Redaksi Eppyco Media

Semarang, 15 Juli 2025 — Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Tim 144 Universitas Diponegoro menggelar kegiatan penyuluhan bertajuk “Akar Gizi dari Pekarangan” di RW 02 Kelurahan Tlogosari Wetan, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang. Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan edukasi dan pelatihan kepada ibu-ibu PKK RW 02 mengenai budidaya microgreens sebagai upaya peningkatan gizi keluarga dan langkah preventif dalam mengatasi kasus stunting di wilayah tersebut.

Microgreens merupakan tanaman sayuran yang dipanen pada usia sangat muda, yakni saat tumbuh daun pertama dan satu hingga dua daun sejati. Umumnya, panen dilakukan dalam rentang 7–14 hari setelah benih disemai. Tanaman ini memiliki berbagai keunggulan, diantaranya waktu panen yang singkat, teknik budidaya yang mudah, bebas dari pestisida, serta kandungan nutrisi yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, microgreens bahkan memiliki kandungan nutrisi 4 hingga 40 kali lebih tinggi dibandingkan tanaman dewasa.

Materi yang disampaikan dalam kegiatan meliputi manfaat gizi microgreens, perbedaan antara microgreens dan kecambah, jenis tanaman yang cocok dibudidayakan, tahapan penanaman, serta berbagai olahan makanan berbasis microgreens. Kandungan nutrisi dalam microgreens mencakup vitamin C, E, dan K, beta-karoten, zat besi, magnesium, serta antioksidan yang mendukung sistem imun, menjaga pola makan sehat, dan membantu mengontrol kadar gula darah. Dengan kandungan tersebut, microgreens diyakini dapat menjadi salah satu alternatif solusi pencegahan stunting di Tlogosari Wetan.

Dalam penyuluhan, mahasiswa menjelaskan bahwa budidaya microgreens dapat dilakukan menggunakan berbagai media tanam seperti tanah, cocopeat, sekam bakar, kapas, atau spons. Wadah tanam pun dapat berasal dari barang bekas, seperti gelas plastik atau nampan. Benih ditabur di atas media tanam, disemprot air secara rutin, dan diletakkan di tempat yang mendapatkan sinar matahari selama ±4 jam per hari. Tanaman dapat dipanen saat mencapai tinggi 5–10 cm, umumnya dalam waktu 10–14 hari.

Beberapa jenis tanaman yang direkomendasikan untuk budidaya microgreens antara lain selada, bayam, brokoli, kembang kol, kale, dan kangkung. Masing-masing memiliki keunggulan gizi tersendiri, seperti selada yang kaya vitamin C dan K, bayam dengan kandungan zat besi tinggi, brokoli yang mengandung senyawa antikanker sulforaphane, serta kale yang bermanfaat bagi kesehatan tulang dan jantung.

Mahasiswa juga memperkenalkan berbagai olahan makanan dari microgreens, seperti salad, sayur bening, tumis, dan omelet. Antusiasme peserta terlihat dalam sesi demonstrasi langsung teknis budidaya microgreens yang dilakukan bersama dengan Ibu – Ibu PKK RW 02.

“Dengan kegiatan ini, kami berharap ibu-ibu PKK RW 02 dapat menanam microgreens di pekarangan rumah sebagai alternatif pangan sehat sekaligus langkah preventif mengatasi stunting di Kelurahan Tlogosari Wetan,” ujar Pascalis Sylvano Manullang, mahasiswa KKN Undip dari jurusan Agroekoteknologi.

Melalui penyuluhan ini, masyarakat diharapkan memperoleh tambahan pengetahuan dan keterampilan dalam membudidayakan sayuran sehat bergizi tinggi, sehingga mampu meningkatkan ketahanan pangan keluarga sekaligus mendukung upaya pencegahan stunting secara berkelanjutan.