
Foto : Hasil produk pengelolaan limbah dari minyak goreng bekas dan botol plastik bekas sekali pakai (Dokumen Pribadi)
Penulis :
Ni’matul Amaliyah (Program Studi Kimia, Universitas Diponegoro)
Rizal Hakim (Program Studi Teknik Industri, Universitas Diponegoro)
Editor : Tim Redaksi Eppyco Media
Masalah pencemaran lingkungan di wilayah pesisir, khususnya di kawasan Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Tawang Kendal, sering kali dipicu oleh kurangnya kesadaran dan
keterbatasan fasilitas dalam mengelola limbah rumah tangga maupun limbah hasil aktivitas
perikanan. Dua jenis limbah yang paling umum ditemui di kawasan ini adalah minyak goreng bekas (jelantah) dari kegiatan rumah tangga dan warung makan, serta botol plastik bekas sekali pakai dari aktivitas konsumsi masyarakat dan pedagang. Meskipun terlihat sepele, kedua limbah ini memiliki dampak yang cukup signifikan. Minyak jelantah yang dibuang sembarangan dapat mencemari tanah dan perairan, sedangkan penumpukan botol plastik memperparah kondisi lingkungan yang sudah lembab, bau amis, dan kotor akibat limbah ikan menjadikannya tempat ideal bagi lalat dan serangga berkembang biak serta mengganggu kebersihan lapak. Menanggapi persoalan tersebut, mahasiswa KKN Kelompok 3 Tim 83 Universitas Diponegoro yang merupakan kerjasama P2KKN Undip dengan mitra PPP Tawang Kendal yang dipimpin oleh Pak Ifdlol Syukri, S.Pi., M.Si., M.Sc., dan dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan yaitu Prof. Dr. Ir. R. Siti Rukayah, M. T., Dr. Sukawi, S.T., M.T., dan Dr. Muhammad Abdullah, M.A, serta dibersamai oleh Danposal Tawang Kendal, Lettu Mar. Pujo Pratikno di Pos TNI AL Kendal, menyelenggarakan dua program kerja
terintegrasi sebagai bentuk kontribusi nyata dalam pengelolaan lingkungan berbasis edukasi
dan praktik langsung.

Pada tanggal 22 Juli 2025, Ni’matul Amaliyah, mahasiswi Fakultas Sains dan Matematika
Prodi Kimia, melaksanakan Program kerja pertama yang berfokus pada pemanfaatan minyak
jelantah sebagai bahan dasar pembuatan sabun cuci serbaguna. Dalam proses
pembuatannya digunakan bahan-bahan sederhana seperti minyak jelantah bersih, NaOH (soda api), air non-mineral, serta tambahan pewangi dan pewarna alami. Produk sabun yang
dihasilkan aman digunakan untuk mencuci alat dapur, lantai, dan keperluan rumah tangga
lainnya. Selain membantu mengurangi pencemaran lingkungan, kegiatan ini juga
memperkenalkan metode pengolahan limbah yang sederhana, praktis, dan dapat diterapkan
langsung oleh masyarakat. Selain ramah lingkungan, cara ini memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi usaha kecil berbasis rumah tangga yang bernilai ekonomis.

Pada tanggal 23 Juli 2025, Rizal Hakim, mahasiswa Fakultas Teknik Prodi Teknik Industri,
melaksanakan Program kerja kedua yang menyasar isu sanitasi yang berkaitan langsung
dengan aktivitas perdagangan ikan di sekitar pelabuhan. Kondisi lapak yang lembap dan sisa
ikan yang tertinggal menjadi pemicu berkembangnya lalat dalam jumlah banyak, yang tentu
berdampak pada kualitas kebersihan dan kenyamanan. Oleh karena itu, mahasiswa melakukan penyuluhan pembuatan perangkap lalat alami dari botol plastik bekas sekali pakai kepada mitra PPP Tawang sebagai bentuk edukasi pengelolaan limbah yang tepat. Alat sederhana ini dirancang tanpa bahan kimia, menggunakan umpan alami seperti jeroan ikan, terasi, kecap, dan serai, yang terbukti menarik lalat dan mencegahnya kembali keluar. Botol plastik yang sebelumnya hanya menjadi limbah kini berfungsi sebagai alat pengendali hama, sekaligus menjadi contoh nyata praktik daur ulang yang berguna.
Kedua program ini mencerminkan penerapan prinsip zero waste, yaitu meminimalkan limbah
dengan mengubahnya menjadi produk yang dapat digunakan kembali atau memiliki nilai
tambah. Inisiatif ini juga mendukung beberapa poin penting dalam Sustainable Development Goals (SDGs), seperti SDG 6 (air bersih dan sanitasi), SDG 12 (konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab), dan SDG 13 (penanganan perubahan iklim). Dengan pendekatan partisipatif dan berbasis lokal, mahasiswa tidak hanya menghadirkan solusi atas persoalan lingkungan, tetapi juga menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk turut serta menjaga dan mengelola lingkungannya secara berkelanjutan. Melalui dua program sederhana namun aplikatif ini, Kelompok 3 Tim 83 KKN Universitas Diponegoro berupaya membangun budaya pengelolaan limbah yang lebih bijak dan bertanggung jawab. Limbah yang dulunya dianggap masalah, kini menjadi Solusi. Dengan itu, masyarakat pesisir tak hanya diajak peduli, tetapi juga diberdayakan.